Siapa yang menduga, perjalananku dan mba Hermi pagi itu membawa kami mengunjungi sebuah pantai wisata yang menyimpan segudang cerita menarik dan tak terlupakan
Sesungguhnya sudah cukup lama sejak kunjungan kami beberapa bulan lalu, waktu itu 8 Juli 2023 aku dan mba Hermi (sepupu jauhku) sepakat bertemu untuk bersepeda pada hari minggu, kami akan menyusuri jalur selatan, aku ikut dia saja saat dia mengajakku ke sebuah tempat yang terdengar asing, Pantai Kembar.
Perjalanan dimulai sekitar pukul 7 pagi, setelah mengayuh cukup jauh kami mencoba bertanya kepada salah satu warga lokal mengenai lokasi pasti Pantai Kembar, beliau berkata destinasi kami tak jauh lagi, aku menghela napas lega.
Di sepanjang jalur selatan, tak jarang kami melewati berbagai pintu masuk pantai lain, ya, jarak antara pantai satu dengan pantai berikutnya memang tak begitu jauh, yang membedakan adalah akses kendaraan kesana dan di beberapa pantai tertentu tak ada pungutan biaya untuk pengunjungnya. Kebumen merupakan satu dari sekian wilayah di Jawa Tengah yang memiliki pesona keanekaragaman pantainya. Nah, aku juga punya pengalaman berkunjung ke pantai yang terletak di belakang halaman rumah warga, kiranya akanku ceritakan padamu dilain waktu.
Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 1 jam akhirnya kami mendapat secercah harapan, tak jauh dari tempat kami mengayuh aku melihat spanduk besar bertuliskan
‘Konservasi Penyu Pantai Kembar Terpadu’
Ternyata mbak Hermi tak tau kalau ada penangkaran disini, mendadak aku bersemangat untuk segera melanjutkan perjalanan, dan tibalah kami di halaman konservasi penyu, aku tertegun sesaat, setiap Idul Fitri ataupun libur akhir tahun keluargaku selalu mudik ke Kebumen, dan plesiran merupakan agenda wajib, namun ternyata aku tak pernah tahu ada penangkaran disini.
Kami tak langsung berkunjung ke konservasi sebab kami ingin mengelilingi Pantai Kembar terlebih dahulu, terus terang pantai disini teduh dan menyenangkan, tak jauh dari tempatku berjalan terlihat sekumpulan ibu ibu lincah berjoget ria diiringi musik bergenre dangdut yang praktis diikuti dentum speaker yang meriah (asumsiku itu adalah acara reuni atau PKK, atau mungkin tebakanku salah semua)
Pagi itu langit berawan menambah kesan sejuk di Pantai Kembar, di kejauhan banyak pengunjung yang tak melewatkan kesempatan untuk bermain di laut bersama yang tersayang, kami beberapa kali berpapasan dengan bocah yang sepertinya tengah mencoba pengalaman baru, dengan raut cemas menatap wajah ibunya, ia lalu memberanikan diri memegang tali di tubuh kuda yang akan ditunggangi, ibu bergegas mengambil handphone sembari menenangkan buah hatinya, di sampingnya sang pemilik kuda mengawasi, kuda jantan memekik dan melaju perlahan.
Aku menepi sejenak di salah satu warung bambu ketika— mataku berbinar melihat sesuatu, gesit aku duduk di sebuah ayunan, begitupun mba Hermi. Ada keraguan menghampiriku akankah ayunan yang terbuat dari ban itu mampu menahan beban orang (yang beranjak) dewasa seperti kami, dengan tenaga tak seberapa perlahan aku mulai menggoyangkan tali kedepan.
Kakiku dibuat melayang bebas, di tengah perasaan was-was takut kalau kalau talinya putus — aku berseru ‘wuuuuu’, rasanya ringan ketika tubuhku terdorong maju, saat ayunan mundur ujung kakiku menyentuh dinginnya pasir coklat, ditemani alunan dangdut dan sorakan sorai ibu ibu, aku masih bisa mendengar debur ombak saling bertabrakan, di bawah pohon kelapa rindang dimana daunnya bergoyang tertiup angin, aku menghirup udara khas laut dalam dalam, untuk beberapa saat kami terus bermain sembari menghabiskan es krim Campina di tangan yang dijajakan di seberang kolam renang terdekat.
Puas bermain ayunan kami lantas melangkahkan kaki menuju tujuan utama, konservasi penyu. Tatkala aku sedang memandangi halaman depan, aku sedikit tergelitik melihat banyaknya rombongan siswa tk beserta orang tuanya datang dan mulai berbaris, anak anak tampak sulit diatur sebab mereka sudah asyik berlarian kesana kemari dan saling berceloteh, tak mengherankan bila pengunjung Pantai Kembar usianya bervariasi, bukankah akan menjadi pengalaman yang berkesan bila tak hanya healing, disini kita juga bisa menemukan sarana edukatif mengenai satwa menarik yang hanya dapat ditemui di pantai tertentu.
Konservasi itu tak begitu luas, di halaman utamanya terdapat beberapa akuarium besar berisi binatang laut selain penyu.
Di ujung halaman ada ruangan kecil yang ramai dikerubungi pengunjung, sontak rasa penasaranku tergugah dan membuatku bergegas masuk. Ruangan berukuran 3x4 itu berisi 2 bak yang terletak di tepi tembok dan saling berhadapan, adapun satu bak lagi di tengahnya. Tepat di samping salah satu bak terdapat akuarium raksasa dimana di dalamnya hanya ada satu kura kura yang ukurannya hampir memenuhi akuarium itu, praktis kura kura tak dapat berkutik sebab seakan akan akuarium itu memang sengaja dibuat untuknya, seakan itu adalah penjaranya, yang kemudian kudapati kura kura itu memang telah mati, maka akuarium itu adalah petinya matinya, namun ia tak dikubur, dia dipertontonkan di khalayak umum seakan akan dia mumi, bangkai penyu itu diawetkan lantas digunakan sebagai media edukasi.
Di bak lain sebelah kiri ada 2 penyu remaja dan pra dewasa, di bak kanan hanya berisi satu penyu, yang setelah kuamati ialah penyu paling besar di ruangan. Selama aku dan mba Hermi berkeliling kami didampingi oleh seorang petugas, karena intensitas pengunjung telah berkurang sontak membuatku punya banyak waktu untuk mewawancarai beliau, kami banyak mendapat ilmu baru, dari percakapan yang berlangsung kurang lebih satu jam, melalui rekaman video beliau dengan senang hati menunjukkan bagaimana prosedur pencarian telur telur penyu kerap berada di dalam pasir, lebih jauh beliau memaparkan bahwa penyu betina tidak bertelur di penangkaran ini, melainkan di tepi tepi pantai yang tidak terjangkau manusia, kemudian induk tersebut akan mengubur telur telurnya, itulah mengapa diperlukan tim khusus untuk menyisir bibir pantai di malam hari guna menyelamatkan telur telur ini untuk dirawat hingga siap untuk dilepas kembali.
Bak tengah merupakan tempat bagi bayi bayi penyu untuk berkembang, saat kecil penyu bisa di letakkan dalam bak yang sama meskipun mereka bukan dalam jenis yang sama, bayi penyu dipisahkan ketika sudah menginjak remaja, sebagian penyu kecil sudah mulai belajar berenang, sebagian lagi memilih diam seakan hanyut terbawa arus.
Percakapan yang hebat. Batinku
Aku juga banyak bertanya mengenai pelepasan penyu, tentu aku sangat ingin menjadi bagian dari kegiatan itu jika diberi kesempatan, petugas menyampaikan bahwa jadwal pelepasan cenderung tidak pasti, namun biasanya akan ada pengumuman yang nantinya diunggah ke akun Instragram resmi Pantai Kembar Terpadu, tepatnya 3 hari sebelum pelepasan, pelepasan penyu dibuka untuk masyarakat umum dan siapapun yang mendaftar harus datang ke lokasi, biasanya pendaftaran dibuka satu hari sebelum hari H.
Tanpa sadar aku menggigit bibir kecewa karena itu berarti kesempatanku untuk ikut pelepasan hanya terjadi saat aku sedang di Kebumen, yang praktis hanya berlangsung 2 tahun sekali. Semoga kesempatan itu akan tiba dalam waktu dekat, sebab beberapa minggu lagi umat Muslim akan menunaikan ibadah berpuasa sekaligus menyambut bulan suci Ramadhan, dan tentunya aku akan pulang.